Arti Dewasa
Mereka sangat suka bertanya, “Apa kau
sudah dewasa?”
Dengan gamang mereka menjelaskan apa itu
dewasa, seolah mereka telah mencapai masa dewasa. Seperti ini, mereka dengan
angkuhnya berkata, “kau kekanak-kanakan” ketika seseorang memilih jalan untuk
tetap tinggal bersama orang tuanya dan tidaklah pergi merantau ke seberang
pulau demi menghimpun gundukan emas, padahal dia seribu kali berfikir, “lebih
baik aku disini dengan penghasilan pas-pasanku, namun aku bisa merawat orang
tuaku yang semakin menua dengan kasih sayangku.”
Dewasa adalah fase dimana
harus terlewat dengan ribuan jalan berliku. Tak ada yang mudah dalam mencape
fase ini. Dan jelas, tahap yang sangat sulit dicapai, walau umur kepala dua atau kepala tiga tidak menjamin
seseorang telah mencapai fase dewasa itu sendiri. Dewasa cenderung bersifat
abstrak ketika tak mampu diukur dengan bilangan berpenyebut ataupun bilangan
berangka bulat sekalipun. Dewasa cenderung bersifat kualitatif bukanlah kuantitatif.
Banyak cara melihat seseorang itu dewasa atau tidak, misal dari penghargaannya
kepada seseorang yang ada di di depannya. Mudah jika kau ingin menilai seseorang
itu dewasa atau tidak, yakni seseorang yang baru saja kau temui setelah lama
menjalin pertemanan di duna maya/ facebook (kopi darat-red) dan kau bertemunya
di dunia nyata, misal, kau berdandan
dengan norak ataupun apa adanya. Dan kau lihat segaris didahinya, mungkin dia
tidak suka dengan penampilan kita, bukan dengan cuek ketika bertemu denganmu
bahkan lebih parah lagi langsung kabur dan pulang meninggalkanmu.
Tetapi dia akan tersenyum dan berkata dengan halus, “aku suka dengan kesederhanaanmu.”
Tanpa dia marah, memperlihatkan rasa illfeel
nya padamu, dan tetap tersenyum selama kau berbincang dengannya. Dia pun
akan tetap menghubungimu walau kau tahu dia tak mungkin tertarik kepadamu. Dia dengan
hebatnya tetap menghargaimu sebagai teman dengan tidak menghilang begitu saja. Itulah
seseorang yang dewasa, bisa menghargai orang lain tanpa melihat fisik yang ada.
Dewasa, penafsiran yang rumit
ketika saling timpang tindih antara kekanak-kanakan dan dewasa. Berjalan dengan
waktu, dewasa akan lebih dominan bertahan dari pada kekanak-kanakan itu
sendiri. Pernahkan kau melihat seseorang, (misal si Muhammad) termenung di
sebuah tempat yang sepi? Ya, bisa disebut dia galau. Namun kadang ada seseorang
yang menilanya itu sifat kekanak-kanakan yang menghabiskan waktunya untuk
bermelow-melow dengan risau. Tersenyumlah jika memang kau anggap benar pikiran
itu. Maka lihat dari sisi lain lagi, pernahkah anda melihat seseorang (misal si Adi) mabuk-mabukan karna terlalu
banyak masalah yang mendera, dalam sisi ini, tingkat permasalahnnya sama dengan si Muhammad yang melow tadi? Siapakah yang
kekanak-kanakan menurutmu? Muhammad ataukah Adi. Muhammad merenung bahkan
sampai dia menangis tersedu karena pikirnya beradu dengan naluri hatinya, namun
Muhammad seketika mampu menarik kesimpulan apa yang harus dia lakukan selanjutnya,
dengan kata lain dia pun akan memilih jalan keluar yang positif tanpa membuat
masalah baru.. Laaaaa, kita lihat
dari sisi Adi. Mabok-mabokan, nongkrong sampai malam dan akhirnya melupakan
masalahnya dengan mudah. Apa yang tidak disadarinya, dia membangun masalah lain
dari sisi itu, misal dari sisi negatif alkohol itu sendiri, apakah alkohol akan
mengobati galaunya setelah dia meneguk habis, ataukah akan menambah pening
dengan dampak yang dihasilkan dari alkohol (misal utang membengkak, dimarahin
orang tua, matinya cipta karya). Ya, kalian bisa pilih, dewasa mana antara
Muhammad dan Adi dalam mengatasi masalahnya.
Itu lah hanya seklumit
prakata, dewasa itu abstrak. Ntah siapa ais makna didalamnya, yang penting
dewasa itu pilihan. Kau mau melangkah dengan kibasan kebaikan, ataupun kibasan
pertambahan permasalahan..
Karena,
**dewasa itu abstrak, ketika engkau menangis karena tak mampu
membuat orang sekelilingmu bahagia...
dewasa itu
abstrak, ketika kau tak mampu marah dan tetap mengulurkan tangan ketika orang
yang menyakitimu jatuh..
dewasa itu
abstrak, ketika engkau berkata tak apa-apa padahal hatimu sakit didalamnya...
dewasa itu
abstrak, ketiika kau melewati hidupmu dengan pilihan yang terbaik untuk
semua...
dewasa itu
abstrak, ketika pilihanmu adalah lentera terang diantara redup yang mendera...
senyum,
ikhlas, sabar, tangis, isak, tawa, amarah, doa, percaya, dan lembar-lembar rasa
lainnya adalah paduan abstrak dewasa itu sendiri...**
salam penuh kasih
#lantita Titariefta Ita Jinggaa II